PERINGATAN UMUM
Tentang Qur’an.
Pokok jang terutama dari pada Agama Islam ialah Al-Qur’an.
“Qur’an” itulah namanja kitab sutji jang penghabisan, jang isinja
diwahjukan oleh Allah jang Maha Kuasa. Ia diturunkan pada ketika didunia
tidak ada lagi Kitab suci jang tetap didalam kesutjianja jang semula.
(Turunja wahju Ilahi jang pertama-tama kepada djungdjungan kita Nabi
Muhammad Calallahu’alaihi wasalam, didalam gua Gunung Hira pada bulan
ramadhan, tahun 609 masehi). Daripada kitab-kitab sutji jang lainja itu
ada setengahnja jang sudah lengkap sama sekali ; adapun jang lain-lainja
sudah mendjadi kotor lantaran dari perubahan-perubahan bikinan manusia.
Inilah sebabnja maka di antara orang-orang pemeluk agama-agama jang
lainja sudah timbul rupa-rupa firqah (secte), jang satu sama lain bukan
sadja berselisih tentang tjabang-tjabang agama (furu’), tetapi
berselisih juga pokok kepercayaan agamanya. Firqah-firqah itu jang
serupa itu tidak ada didalam dunia islam. Sesungguhanja didalam dunia
ada perselisihan tentang perkara-perkara furu’, sekalian kaum Muslimin
jang berates juta orang banyaknya tersiar diseluruh muka bumi itu
semuanya berpegang kepada aqidah jang serupa saja yaitu :
Tidak ada lain agama didunia melainkan islam sajalah jang bisa
menunjukan, bahwa kitab sucinya (Qur’an) jang sampai kepada
pemeluk-pemeluknya hingga pada dewasa initetaplah kitabsucinya itu
didalam kesuciannya jang semula. Apabila Allah Swt telah berkenan
menyatakan kemauanya kepada manusia dengan perantaraan rupa-rupa Nabi
lebih dulu sebelum nabi kita Muhammad Saw dan apabila nyata bahwa
kitab-kitab suci jang diturunkan kepada nabi-nabi jang duluan itu, ada
setengahnya jang sudah lengkap sama sekali dan setengahnya pula menjadi
rusak lantaran dari perubahan-perubahan bikinan manusia, maka sudah
tentulah ada sesuatu lagi jang diturunkan oleh Allah Swt buat mengganti
kitab-kitab suci jang sudah lengkap dan sudah menjadi rusak itu. Asal
jang demikian ini dibuktikan benarnya oleh segenap alam jang
mengelilingi kita. Apabila ada sesuatu apa menjadi lengkap atau musnah,
maka timbullah sesuatu jang lainya jang semacam itu. Kebenaran ini
dinyatakan didalam qur’an suci dengan perkataan-perkataan jang termakjub
dan dalam surat Al-Baqarah (II),ayat ke 106 :
(“Tanda (ayat) jang manapun juga kami jadikan tidak berguna (hapuskan)
ataupun kami sebabkan menjadi terlupa, adalah kami timbulkan satu
(tanda) jang lebih baik dari pada itu ataupun jang sama dengan itu.
Apakah kamu tidak tahu, bahwa Allah berkuasa atas segala apa saja.”)
Kecukupan qur’an suci
Baik lawan maupun kawan semuanya mengakui bahwa Qur’an suci jang ada
hingga pada dewasa ini dalam segala halnya masih tetaplah serupa
sajadengan qu’an suci sebagai adanya ketika mula-mula diwahyukan oleh
Allah Swt kepada manusia dengan perantara nabi kita. Hal ini akan kami
uraikan panjang lebar didalam suatu kitab jang tersendiri, insya Allah
dan oleh sebagai jang telah dipersaksika oleh riwayat,
pengajaran-pengajaran qu’an suci itu sudah cukup meliputi segala sesuatu
jang menjadi keperluan dan kebutuhan manusia, tegasnya : sudah cukup
menjadi azas-azasnya mengatur segala keperluan dan menjadi pedoman untuk
memenuhi kebutuhan lahir batin kita, maka sudah tentulah qur’an suci
itu jang sudah diturunkan kepada manusia semenjak 14 abad lamanya, tidak
perlu diganti ataupun ditambah dengan sesuatu kitab suci lainya, dan
dengan hak jang demikian itu Nabi Muhammad Swt . tetaplah nabi penutup
jua adanya.
Kecukupanya qur’an suci, selainya dapat dibuktukan dengan
perkara-perkara jang nyata kejadian di dalam riwayat, pun dinyatakan
juga didalam qur’an suci itu sendiri, surat Al-Bayyinnah,ayat 2-3 :
(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) jang membacakan lembaran-lembaran jang disucikan (Al Quran),
di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab jang lurus.
Lagi didalam surat An-Nahl,ayat ke 64 :
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa jang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum jang beriman.
Isi qur’an Suci
Pusat-perkara jang menjadi pemandangan dan pembicaraan didalam qur’an
suci yaitu Allah jang maha kuasa. Bukanlah halaman jang manapun juga
dari pada qur’an, Maka disitulah kita dapatisebutan tentang Allah
ataupun berhubungan dengan Allah. Memang dengan lantaran qur’an kita
bisa mendapat faham tentang Allah sekedar jang bisa masuk didalam
fikiran manusia.
Kita tidak bisa mengetahui sesuatu apa tentang Dzat Ilahi.
Sebanyak-benyak jang kita ketahui dari padanya ialah dengan lantaran
rupa-rupa benda dan kejadian didalam Alam, jang menjadi tanda adanya
Allah. Tidak mungkinlah bagi kita dengan usaha kita akan mendapat
pengetahuan jang sepenuh-penuhnya tentang rupa-rupa tanda adanya Allah
didalam alam itu, walaupun Cuma jang ada didalam kalangan maddi
(material,kewadagan) belaka. Segala penyelidikan ilmu wetenschap
tidaklah bisa menyebabkan kita mengetahui jalan-jalanya Allah dengan
sepenuh-penuhnya. Rupa-rupa qanun atau sunnat tabi’at (wet ‘alam) jang
kadang-kadang jang telah didapatkan oleh manusia itulah hanja
tanda-tanda kemauan Allah di dalam sesuatu jurusan jang teristimewa
saja. Sebutlah itu kekuatan-kekuatan alam, tetapi artinya adalah serupa
juga-yaitu tanda-tanda kemauan Allah. Tiap-tiap pendapatan jang baru
adalah menunjukan kekurangan pendapat juga. Lama dan menunjukan perkara
jang nyata kepada kita bahwa walaupun Cuma didalam kalangan maddi
(material) saja, kita tidak bisa mendapat pengertian jang penuh tentang
perbuatan Allah, apalagi perbuatan Allah didalam kalangan batin dan
kalangan roh. Suatu kitab jang isinya dating dari pada Allah, haruslah
member penerangan kepada manusia tentang jalan-jalanya Allah dan harus
memberi pengetian tentang tanda-tanda kemauanya. Dan tentang perkara ini
nyata-njatalah tidak ada lain kitab suci bisa menjadi persamaannya
qur’an suci. Di dalam qur’an suci dan Hadits Rasulullah Saw adalah
disebut berpuluh-puluh jalanya Allah menyatakan kamauanya di dalam
‘alam, yaitu jang biasanya disebut nama-nama suci (Bagus) dari pada
Allah, jang kamimuatkan didalam daftare pada penghabisan karangna ini.
Segala wet, dalam tiap-tiap kalangan, rupanya tidak lain melainkan
ialah natidjah (kesudahan) jang timbul dari pada nama-nama jang demikian
itu dan segala keutamaan adalah bajang-bajangnya belaka.
BY. Iman Kamaludin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar